Kisah Inspiratif

Aipda Andi Sri Ulva – Agen SPAK Polwan Panakkukang

Pelataran sebuah hotel di kota Sorong rasanya begitu sempit untuk memuaskan keinginan saya berlari dan terus berlari menghilangkan berbagai bayangan apa yang sudah saya kerjakan bertahun-tahun hingga hari ini. Malam itu seharusnya saya tidur nyenyak di kamar hotel, menikmati empuknya kasur sambil menonton televisi. Tapi nyatanya saya tidak bisa sesantai itu, saya merasa terhimpit rasa bersalah. “Saya bukan polisi yang mengayomi masyarakat, saya polisi yang minta uang dari rakyat. Padahal mereka mungkin lebih susah hidupnya dari saya.” Saya sudah 5 kali  berlari mengelilingi pelataran hotel, untuk membuang jauh rasa bersalah itu. Penuh peluh, saya menelpon ibu saya di Makassar. “Bu, tolong kumpulkan motor, mobil dan beberapa perhiasan. Tolong semua dijual dan nanti uangnya untuk disumbangkan ke rumah yatim,” kata saya yang disambut dengan berondongan pertanyaan dari ibu. “Sudah bu, nanti saya jelaskan..jual semua ya besok.” Saya harus menjadi Ulva yang baru, polisi yang jujur, polisi yang benar-benar mengayomi masyarakat. Kalau ada yang harus berubah, itu adalah diri saya sendiri Saya, polisi wanita berpangkat …….. yang bertugas di Polsek Panakkukang, Makassar. Saya diperintahkan untuk mengikuti pelatihan “Saya, Perempuan Anti Korupsi” di Sorong, Papua Barat. Awalnya, saya merasa ini akan menjadi pelatihan yang biasa saja. Hari pertama, saya mulai berkenalan dengan peserta yang lain, dari berbagai latar belakang. Ada guru, aktivis LSM, pegawai negeri, dosen dan wartawan. Hari kedua, pemberian materi tentang apa itu korupsi dan apakah kita selama ini hanya menjadi korban atau sekaligus pelaku korupsi. Materi itu begitu membuat saya terpojok. Bayangkan saja, beberapa hal yang masuk dalam kategori korupsi sudah pernah saya lakukan! Saya menerima “amplop” dari masyarakat yang mendapat pelayanan dari unit kerja saya. Tidak saja menerima, tapi saya berbagi uang haram itu dengan kolega saya yang lain.  “Polisi macam apa saya ini?” saya bertanya pada diri saya sendiri. Bayangan almarhum ayah saya berkelebat, “Ulva, kalau memang mau jadi polisi, jadilah polisi yang baik, yang benar-benar membela masyarakat.”  Ingatan saya kembali ke beberapa waktu silam, saat saya ngotot ingin menjadi polisi sementara ayah saya melarang. Ayah waktu itu beralasan, polisi itu banyak sekali peluangnya untuk korupsi. Semua kenangan akan ayah saya, perjalanan karir saya sebagai polisi dan bagaimana anak saya menjalani kehidupannya sekarang, terus berputar di kepala saya. “Saya harus menjadi Ulva yang baru, polisi yang jujur, polisi yang benar-benar mengayomi masyarakat. Kalau ada yang harus berubah, itu adalah diri saya sendiri,” begitu kesimpulan saya malam itu. Malam itu, saya mengambil air wudhu dan merasa sholat yang saya lakukan adalah sholat terkhusyu untuk memohon ampun atas dosa-dosa saya. Kembali ke Makassar, yang saya lakukan adalah memastikan uang hasil  penjualan barang-barang sudah disumbangkan ke rumah Yatim Piatu dan kemudian menghadap atasan saya saat itu, Wahyudi Rahman. Saya menceritakan kembali apa yang saya dapat dari pelatihan tiga hari itu dan saya mohon izin kepada atasan saya untuk berbagi mengenai ilmu baru ini kepada teman-teman di Polsek Panakkukang. Saya ajak teman-teman saya main games yang memang dibagikan kepada peserta ToT. Kemudian meja layanan kami buat tanpa laci. Ini memperkuat ide bahwa kami tidak lagi dibayar untuk memberi layanan pada masyarakat. Beragam reaksi muncul, tetapi secara umum saya mengamati mereka senang dengan cara bermain ini. Mereka yang sebelumnya tidak mengetahui bahwa memberikan bingkisan kepada guru di sekolah adalah bibit perilaku koruptif, sekarang mulai paham dan mencari cara agar tidak melakukannya lagi. Saya mengajak polwan lain di kantor saya untuk mulai berubah, awalnya dengan memasang brosur-brosur dan logo SPAK di meja kerja kami. Rupanya ini menarik masyarakat yang datang ke kantor kami. “Semua layanan GRATIS dan tidak dipungut biaya” tulisan itu kini terpampang di Polsek Panakkukang. Dukungan atasan dan rekan-rekan saya memperkuat keinginan untuk menjadikan kantor kami sebagai pelopor polisi Sombere (Polisi ramah, dalam bahasa Makassar). Kemudian muncul ide untuk merombak ruang layanan masyarakat menjadi transparan. Kami mulai dengan desain ruangan yang menjadi satu dan tanpa sekat. Kemudian meja layanan kami buat tanpa laci. Ini memperkuat ide bahwa kami tidak lagi dibayar untuk memberi layanan pada masyarakat. Meja berlaci dulu diasosiasikan dengan tempat menyimpan uang pungutan liar. Tak cukup dengan itu, diwaktu tertentu seperti selesai apel, kami bermain dengan games SPAK dan mengenalkan kepada teman yang lain. Saya ingin anak saya kelak menikmati Indonesia yang benar-benar bebas dari korupsi. Saya sendiri bertekad, karena saya sekarang sudah menjadi agen SPAK dan sudah mengetahui tentang korupsi dan bahanyanya, saya akan menjadi orang yang jujur dan profesional menjalankan tugas saya. Saya ingin anak saya kelak menikmati Indonesia yang benar-benar bebas dari korupsi. Tentu ini bukan tanpa tantangan, saya pernah dicap sok suci, merasa sudah kaya dan tidak perlu uang lagi sehingga tidak mau menerima pungli. Tetapi sekali lagi, karena saya sudah berniat untuk berubah, semua saya hadapi dengan tenang. Saya tau rejeki paling banyak diberikan Allah SWT, saya berubah juga karena jalanNya. Kalau tidak, tentu saya tidak dibukakan mata saat ini, disaat institusi polisi juga tengah berbenah untuk memantapkan profesionalitas seluruh anggotanya.
Publikasi

Buku Cerita Perubahan: “Aku Mau Berubah”

Aku mau! Kata sederhana yg membawa Raden Ajeng Kartini mewujudkan mimpinya. Ketika semua orang berpikir tidak mungkin memberantas korupsi, aku mau memulainya. Aku mau berubah, dengan mulai jujur dari sekarang. Untuk wujudkan Indonesia bebas dari korupsi. Sebuah tekad Kartini yang sekarang diterjemahkan dengan indah oleh para perempuan yang saya kenal sebagai agen Saya, Perempuan Antikorupsi (SPAK). Mereka muncul dari berbagai daerah di Indonesia, memberikan inspirasi bagi kita semua bahwa mencegah korupsi itu bisa dilakukan oleh siapa saja. Tidak saja saya, yang saat ini bekerja di KPK bersama para kolega saya para penyidik, penyelidik dan seluruh pegawai KPK yang memang bertugas untuk memberantas dan mencegah korupsi. Pada Ulang Tahun Gerakan SPAK yang ketiga kali ini, beberapa cerita ini dibagikan kepada Anda, dengan harapan bisa memberikan inspirasi untuk memetikkan perubahan-yang meskipun kecil-namun itu telah Anda lakukan. Saya banyak belajar dari para agen SPAK di seluruh Indonesia, mengenai kejujuran, kemauan untuk berubah, kemampuan untuk berjejaring sehingga gerakan SPAK ini dalam waktu tiga tahun sudah meluas dan melahirkan banyak inspirasi baru. Dengan berpegang pada satu kalimat “Biasakan yang benar dan bukan membenarkan yang biasa”, para perempuan hebat ini, dengan penuh kesadaran, berhasil mengubah perilaku koruptif yang sebelumnya pernah dilakukan. Semua dilakukan demi masa depan anak-cucu dan negara Indonesia yang bebas dari korupsi. Selamat Ulang Tahun SPAK, semakin banyak pihak yang ingin bergerak bersama SPAK tentu semakin banyak perubahan positif yang bisa disebarkan. Citacita Indonesia bebas dari korupsi akan segera terwujud, berkat inspirasi dari para perempuan hebat Indonesia. 1523961881-buku-cerita-perubahan-aku-mau-Download
Publikasi

Brosur SPAK: Peran Serta Masyarakat

Brosur ini merupakan kelengkapan alat  bantu yang digunakan oleh agen SPAK untuk melakukan sosialisasi. Brosur dibagi menjadi lima tema yaitu Antikorupsi, Gratifikasi, LHKPN, Tindak Pidana Pencucian Uang dan Peran Masyarakat. Pada setiap brosur ringkasan informasi dengan tema-tema tersebut dijelaskan secara singkat dan padat disertai gambar-gambar yang menarik. Bagi agen SPAK, brosur ini merupakan alat bantu yang penting untuk menjelaskan kepada peserta sosialisasi dengan bahasa yang mudah dipahami dan juga gambar yang bisa menceritakan maksud dari tema-tema pencegahan korupsi. 1523961744-brosur-spak-peran-serta-masyarakatDownload
Publikasi

Brosur SPAK: Tindak Pidana Pencucian Uang

Brosur ini merupakan kelengkapan alat  bantu yang digunakan oleh agen SPAK untuk melakukan sosialisasi. Brosur dibagi menjadi lima tema yaitu Antikorupsi, Gratifikasi, LHKPN, Tindak Pidana Pencucian Uang dan Peran Masyarakat. Pada setiap brosur ringkasan informasi dengan tema-tema tersebut dijelaskan secara singkat dan padat disertai gambar-gambar yang menarik. Bagi agen SPAK, brosur ini merupakan alat bantu yang penting untuk menjelaskan kepada peserta sosialisasi dengan bahasa yang mudah dipahami dan juga gambar yang bisa menceritakan maksud dari tema-tema pencegahan korupsi. 1523961668-brosur-spak-tindak-pidana-pencucianDownload
Publikasi

Brosur SPAK: Suap

Brosur ini merupakan kelengkapan alat  bantu yang digunakan oleh agen SPAK untuk melakukan sosialisasi. Brosur dibagi menjadi lima tema yaitu Antikorupsi, Gratifikasi, LHKPN, Tindak Pidana Pencucian Uang dan Peran Masyarakat. Pada setiap brosur ringkasan informasi dengan tema-tema tersebut dijelaskan secara singkat dan padat disertai gambar-gambar yang menarik. Bagi agen SPAK, brosur ini merupakan alat bantu yang penting untuk menjelaskan kepada peserta sosialisasi dengan bahasa yang mudah dipahami dan juga gambar yang bisa menceritakan maksud dari tema-tema pencegahan korupsi. 1523961564-brosur-spak-suapDownload
Publikasi

Brosur SPAK: Gratifikasi

Brosur ini merupakan kelengkapan alat  bantu yang digunakan oleh agen SPAK untuk melakukan sosialisasi. Brosur dibagi menjadi lima tema yaitu Antikorupsi, Gratifikasi, LHKPN, Tindak Pidana Pencucian Uang dan Peran Masyarakat. Pada setiap brosur ringkasan informasi dengan tema-tema tersebut dijelaskan secara singkat dan padat disertai gambar-gambar yang menarik. Bagi agen SPAK, brosur ini merupakan alat bantu yang penting untuk menjelaskan kepada peserta sosialisasi dengan bahasa yang mudah dipahami dan juga gambar yang bisa menceritakan maksud dari tema-tema pencegahan korupsi. 1523961477-brosur-spak-gratifikasiDownload
Publikasi

Brosur SPAK: Mengenal Korupsi

Brosur ini merupakan kelengkapan alat  bantu yang digunakan oleh agen SPAK untuk melakukan sosialisasi. Brosur dibagi menjadi lima tema yaitu Antikorupsi, Gratifikasi, LHKPN, Tindak Pidana Pencucian Uang dan Peran Masyarakat. Pada setiap brosur ringkasan informasi dengan tema-tema tersebut dijelaskan secara singkat dan padat disertai gambar-gambar yang menarik. Bagi agen SPAK, brosur ini merupakan alat bantu yang penting untuk menjelaskan kepada peserta sosialisasi dengan bahasa yang mudah dipahami dan juga gambar yang bisa menceritakan maksud dari tema-tema pencegahan korupsi. 1523961344-mengenal-korupsiDownload
Publikasi

Evaluasi Pelaksanaan Tahun Pertama

SPAK adalah gerakan aktivis perempuan antikorupsi yang berkembang dengan pesat di seluruh Indonesia. Gerakan ini diprakarsai oleh Australia Indonesia Partnership for Justice (AIPJ) bekerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan diluncurkan pada 22 April 2014. Per September 2015, 499 Agen SPAK, di 15 Provinsi telah mengikuti pelatihan. Data AIPJ menunjukkan bahwa mereka telah menjangkau lebih dari 200.000 perempuan, laki-laki dan anak-anak di beragam bidang dengan pesan-pesan antikorupsi mereka. Evauasi ini dihadirkan oleh AIPJ guna mengidentifikasi perubahan-perubahan yang terjadi di tingkat individu, keluarga dan masyarakat serta untuk menggali semua faktor yang terlihat oenting di dalam perkembangan dari beragam tingkat perubahan ini. Evaluasi ini bertujuan untuk menginformasikan pengembangan SPAK yang sedang berjalan guna memaksimalkan dan mempercepat kemajuannya. Metodologi evaluasi ini terdiri dari survei yang dibagian kepada seluruh agen SPAK dan serangkaian wawancara mendalam dengan Agen SPAK, serta perwakilan AIPJ dan KPK. 1523961164-evaluasi-pelaksanaan-tahun-pertamaDownload
Publikasi

Buku: Saya, Perempuan Anti Korupsi (SPAK)

Sikap sinis dan mencampakkan yang menyakitkan acapkali dialami oleh istri dan anak, ketika ayahnya melakukan pencurian uang negara (korupsi) dan diberitakan secara luas oleh media. Keluarga terdekat jelas menjadi korban akibat stigma buruk di lingkungan sosial. Akibat ulah kumuh ayah dan suami koruptor, siksaan sosial tak kalah beratnya dibanding hukuman penjara. Ratusan suami korup adalah cermin rumah tangga yang tandus, kering siraman spiritualnya. Rumah, bukan tenda ketenangan dan kenyamanan jiwa, melainkan penjara. Lalu apa peran istri? Kajian panjang Deputi Pencegahan KPK dengan lintas pakar menyarankan: “Saatnya istri menegaskan titah otentiknya sebagai tiang negara”. Di tangan istri yang berwibawa dan tegas dalam kelembutan aksara di depan suami dan pejabat negara lainnya, para kandidat koruptor akan luluh lantak syahwat korupsinya, dan kembali ke jalan yang benar dan lurus, yang membawa berkah dan ketentraman keluarga. Perlawanan terhadap korupsi melalui penindakan adalah upaya yang terbatas, hanya bisa dilakukan oleh para penegak hukum. Sementara perlawanan melalui pencegahan bisa dilakukan oleh semua kekuatan bangsa. Salah satu kekuatan yang sudah lama dikenali dan sangat diperhitungkan adalah kekuatan para perempuan Indonesia, baik melalui perannya sebagai ibu dan sebagai istri, maupun perannya dalam organisasi wanita atau perannya sebagai profesional. 1523960959-buku-saya-perempuan-anti-korupsiDownload
Publikasi

Laporan Baseline Study Tahap I Pencegahan Korupsi Berbasis Keluarga

Corruption Perception Index (CPI) yang diselenggarakan oleh Transparency International menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan skor yang rendah. Dengan rentang skor 1 hingga 10, dimana skor 1 menunjukkan negara dengan korupsi yang sangat tinggi dan skor 10 menunjukkan negara yang bersih dari korupsi, Indonesia berada pada skor 3 di tahun 2011. Walaupun terdapat peningkatan skor sejak KPK berdiri pada tahun 2004, namun peningkatan tersebut belum dikatakan progresif. Survei internasional 2011 yang dilakukan oleh Neukom Family Foundation, Bill & Melinda Gates Foundation dan Lexis Nexis, menyebutkan bahwa Indonesia berperingkat rendah dalam hal ketiadaan pemberantasan korupsi dan akses pada keadilan sipil. Di dunia, Indonesia berada pada peringkat ke-47 dari 66 negara sebagai negara terkorup. Sementara di kawasan Asia Pasifik, Indonesia menempati peringkat 12 dari 13 negara. Data tersebut menunjukkan bahwa upaya-upaya pemberantasan korupsi di Indonesia tidak lagi dapat dilakukan secara biasa, tetapi dituntut dengan cara-cara yang luar biasa. Pemberantasan korupsi lebih efektif dilakukan dengan gerakan sosial sebagai suatu bentuk perubahan sosial budaya. Gerakan sosial adalah perilaku dari sebagian anggota masyarakat untuk mengoreksi kondisi yang banyak menimbulkan problem atau tidak menentu, untuk menghadirkan suatu kehidupan yang lebih baik. Tujuan akhir dari gerakan sosial menurut Direnzo adalah tidak hanya terbatas pada perubahan sikap dan perilaku indovidu melainkan sebuah perubahan tatanan sosial baru yang lebih baik. Gerakan sosial pemberantasan korupsi menjadikan masyarakat sebagai sasaran utama sekaligus  sebagai  pelaku  atau  penggeraknya.  Entitas  masyarakat  yang  memiliki  peran signifikan  dalam  membangun  budaya  adalah  keluarga. Keluarga merupakan tujuan terhadap harapan, tuntutan dan keinginan dari sistem sosial yang lebih besar. Keluarga juga merupakan pendukung kekuatan potensial bagi suatu generasi sebagai gambaran alternatif di masa yang akan datang. Jadi, keluarga merupakan entitas yang sangat penting untuk membangun budaya anti korupsi di Indonesia. Selanjutnya, untuk dapat mengoptimalkan peran serta keluarga terhadap agenda pencegahan korupsi, diperlukan adanya informasi yang dapat memetakan bagaimana kondisi keluarga dan persepsinya terhadap korupsi. Informasi ini akan menjadi referensi dalam penyusunan konsep intervensi Program Pembangunan Budaya Anti Korupsi Berbasis Keluarga. Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, KPK memandang perlu untuk melakukan Baseline Study Pencegahan Korupsi Berbasis Keluarga. Pada tahun 2012 ini, KPK melakukan baseline study tahap  I  menggunakan  metodologi  kualitatif  dengan  judul  ‘Peran  Keluarga  Dalam Pembangunan Budaya Anti Korupsi (Studi Kasus: Kota Yogyakarta dan Kota Solo)’. Tujuan secara umum dari Baseline Study Program Pencegahan Korupsi Berbasis Keluarga adalah: Mengidentifikasi Key Audience Groups,Mengetahui persepsi anggota keluarga terkait korupsi dan terkait KPK.Mengidentifikasi  efektivitas  dan  efisiensi  pola  interaksi  dan  komunikasi  di  dalam keluarga,Mengidentifikasi dan mendeskripsikan metode komunikasi yang tepat untuk membangun budaya anti korupsi melalui keluarga,Mendapatkan  persepsi  dan  masukan  yang  obyektif  dari  pakar  terkait  membangun budaya anti korupsi yang efektif di dalam keluarga.Menentukan bagaimana kontribusi yang dapat dilakukan stakeholder/komunitas masyarakat terhadap KPK untuk sama-sama berkontribusi terhadap pembangunan budaya anti korupsi berbasis keluarga.Mendapatkan informasi dan menganalisis program intervensi yang relevan dilakukan oleh KPK. 1523960276-laporan-baseline-study-tahap-iDownload