Berita

GURU PEMBANGUN PERADABAN – Kolaborasi untuk wujudkan generasi antikorupsi

Tanggal 5 Desember 2019 adalah sebuah hari yang pantas dicatat sebagai momen penting, karena merupakan hari diluncurkannya program Guru Pembangun Peradaban, karya kolaborasi Pemerintah Kota Surabaya, SPAK Indonesia dan pihak swasta: PT DayaLima, PT Paragon Technology & Innovation, PT Semen Indonesia, Bank Mandiri. Kolaborasi ini merespon rencana Walikota Surabaya, Ibu Tri Rismaharini, untuk menjalankan kurikulum antikorupsi sebagai bagian dari pendidikan karakter untuk SD dan SMP di kota Surabaya. Pendidikan karakter ini juga merupakan hal yang ditekankan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, dalam salah satu pidatonya setelah dilantik. Untuk menghasilkan siswa berkarakter kuat yang antikorupsi, peran guru lebih dari pengajar yang mengajar berdasarkan kurikulum yang ada, namun juga harus menjadi pendidik yang memberi contoh bagi siswanya. Karena itu, dalam program ini akan diadakan pelatihan bagi 1.000 guru yang memberikan pemahaman mengenai perilaku antikorupsi dan mendorong kesadaran untuk berubah serta menunjukkannya dalam sikap sehari-hari. Pelatihan akan dibagi menjadi 20 angkatan yang masing-masing diikuti oleh 50 guru. Dalam pelatihan selama 4 hari tersebut para guru akan diberikan pemahaman tentang delik korupsi, penyadaran tentang perilaku koruptif dalam keseharian, Kolaborasi ini merupakan wujud dari visi bersama yaitu membangun generasi antikorupsi penerus bangsa. Dimulai dari Surabaya dan diharapkan dapat dilakukan juga di daerah-daerah lain di Indonesia dengan menggandeng semakin banyak pihak untuk terlibat. Semakin banyak pihak bergandeng tangan dalam program ini, semakin besar optimisme kita akan lahirnya generasi penerus bangsa yang berkarakter antikorupsi yang kuat dan siap membangun Indonesia yang bebas dari korupsi.
Berita

KELAS KOLABORASI SPAK DALAM TEMU PENDIDIK NUSANTARA 2019

Temu Pendidik Nusantara 2019 berlangsung meriah. Agenda tahunan yang selalu dinantikan oleh para pendidik. Tahun ini diselenggarakan di Sekolah Cikal, Jakarta dan dihadiri oleh pendidik dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka bertemu untuk berbagi informasi praktik baik, mengembangkan kompetensi, dan membangun kolaborasi. SPAK ikut berpartisipasi dalam kelas kolaborasi yang berlangsung selama 1 jam. Kegiatan ini dihadiri guru dan relawan yang berasal dari berbagai daerah, seperti Klaten, Blora, Banjarnegara, Kudus, Magelang, Semarang, Solo, Tuban, Malang, Surabaya, Sukabumi, Lampung, NTB, Gowa, Pinrang, dan Makassar. Kelas kolaborasi difasilitasi oleh Dini Andrini, SPAK Indonesia dan Rita Sinring, Agen SPAK Jakarta. Diawali pemaparan singkat tentang SPAK dan dilanjutkan dengan simulasi games dalam menyebarkan nilai-nilai anti korupsi. Peserta begitu antusias mengikuti kelas ini. Vitriya, sapaan akrab salah satu guru dari Klaten, ternyata begitu lama menantikan kelas ini. “Jujur, materi dari SPAK adalah materi utama yang saya tunggu dan menjadi semangat saya berpetualang dari Klaten menuju Jakarta. Saya bersyukur, walaupun waktu penyampaian singkat namun materi tetap kece ditambah lagi dipandu oleh mbak Dini dan mbak Rita yang begitu ramah dan luwes. Saya makin memiliki informasi banyak terkait tentang penanaman karakter nilai baik”. Yang menambah keseruan kelas ini, Erni, guru dari Makassar, mengungkapkan keinginannya untuk segera bergerak dan mendapatkan games SPAK, “Materi SPAK sangat dibutuhkan di kalangan pelajar, karena banyak sekali miskonsepsi yang sering terjadi dalam lingkungan pelajar dan masyarakat. Kadang sulit membedakan yang mana korupsi, gratifikasi ataupun hadiah. Sepanjang materi ini berlangsung, saya sangat antusias mengikuti karena saya berharap bisa bergabung dan turut andil dalam komunitas ini, begitu katanya, dengan wajah penuh semangat. Semangat perubahan, mampu menembus ruang dan waktu …
Berita

Tidak ada hambatan bagi Agen SPAK Disabilitas untuk menjadi Agen Perubahan

Dwi Rahayu adalah seorang Agen SPAK tuli dari Yogyakarta. Sejak ikut pelatihan SPAK untuk disabilitas tahun 2017, Dwi selalu membawa permainan SPAK dan mengajak rekan-rekan tuli lain untuk belajar nilai-nilai antikorupsi sambil bermain setiap kali ada kesempatan. Dwi terlibat aktif saat SPAK menyusun permainan dalam bentuk komik khusus bagi orang-orang tuli. Namun ternyata Dwi tetap dapat memandu permainan bersama rekan-rekan tuli walaupun tidak menggunakan permainan khusus untuk mereka. Dalam setiap pertemuan bersama rekan-rekan tuli lainnya, Dwi selalu mencari kesempatan untuk membuka permainan dan langsung mengajak semua yang hadir bermain sambil belajar, seperti pada hari Minggu 20 Oktober 2019 di Car Free Day Jalan Jendral Sudirman, Yogyakarta, dalam kegiatan Pengurangan Resiko Bencana. Ia kerap mengeluh, betapa banyak rekan-rekannya yang tidak sadar bahwa mereka setiap hari melakukan perilaku koruptif. Tapi Dwi tidak pernah putus asa, ia yakin bahwa sekecil apa pun upaya yang ia lakukan, suatu hari pasti akan memberikan sumbangsih bagi terciptanya Indonesia yang bebas dari korupsi. #antikorupsiuntuksemua
Berita

AGEN SPAK SURABAYA MENGGABUNGKAN SPAK DAN PELAJARAN PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

Hari ini (08 Okt ’19) kuliah Pengembangan Kepribadian yang diberikan Ibu Magda Hadipoero pada para mahasiswa Lembaga Pendidikan Pelatihan Penerbangan Indonesia (LPPPI) di Nginden Intan, Surabaya, agak berbeda dari biasa. Kali ini Agen SPAK Surabaya ini menggabungkan bahan kuliahnya dengan nilai-nilai antikorupsi, suatu upaya yang tepat dalam membentuk kepribadian yang berintegritas pada anak-anak muda ini. Dengan memahami nilai-nilai antikorupsi, diharapkan anak-anak pemilik masa depan Indonesia ini memiliki kepribadian yang berintegritas saat mereka memegang jabatan penting nantinya. Belajar sambil bermain sangat menyenangkan bagi anak-anak muda ini. Mereka belajar banyak hal tentang perilaku koruptif dalam keseharian mereka, tanpa merasa digurui. Selama 2 jam bermain mereka tidak merasa sedang belajar banyak hal-hal baru. Bahkan setelah selesai jam pelajaran, mereka masih ingin terus bermain ke rumah Ibu Magda. Selain menggabungkan nilai-nilai antikorupsi dengan pelajaran Pengembangan Kepribadian, Ibu Magda juga pernah menggabungkannya dengan pelajaran Pelayanan Publik (Service Excellence) di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Baru, Banjarmasin. Upaya yang sangat tepat untuk menghasilkan para pelayan publik yang transparan dan akuntabel. Semangat dan kreativitas Ibu Magda menimbulkan harapan bahwa Indonesia pasti bisa bebas dari korupsi.
Kisah Inspiratif Uncategorized

PERUBAHAN MEMBUTUHKAN KEBERANIAN, TAPI SETELAH BERHASIL AKAN TIMBUL RASA PUAS.

Evaluasi pelaksanaan program pencegahan korupsi melalui Saya Perempuan Antikorupsi di Kementerian Agama batch kedua telah berlangsung dari tanggal 16 sampai 18 September 2019 lalu. Evaluasi ini dilaksanakan terhadap kegiatan para Agen SPAK yang merupakan para istri rektor perguruan tinggi di bawah Kementerian Agama yang dilatih pada tanggal 7 dan 8 Februari 2019 lalu. Dalam lembar isian evaluasi sejumlah 63 yang dikirim balik oleh para peserta,  95,2% mengakui SPAK telah membuat mereka berubah. Perubahan terbanyak adalah telah sanggup menolak memberi dan menerima suap dan hadiah atau oleh-oleh. Bahkan sebanyak 6% telah mau melaporkan kasus korupsi ke penegak hukum dan Inspektorat Kementerian Agama. Lebih jauh lagi, para Agen SPAK Kementerian Agama ini telah mampu mengubah perilaku orang lain, baik dalam lingkungan terdekat maupun lingkungan Kementerian Agama yang lebih luas. Selain menolak memberi dan menerima suap dan hadiah atau oleh-oleh, perubahan perilaku lain di antaranya adalah menolak menggunakan fasilitas dinas, menjadi contoh pada tim kerja atau bawahan untuk lebih berhati-hati dalam bertindak, berusaha selalu tepat waktu, menanyakan asal uang yang diberikan suami dan masih banyak perubahan lain. Perubahan perilaku ini juga terjadi pada orang-orang yang menerima sosialisasi SPAK dari para Agen SPAK Kementerian Agama. Testimoni dari beberapa Agen saat pertemuan untuk Evaluasi tersebut membuktikan bahwa perubahan-perubahan tersebut nyata adanya. Seorang Agen yang bekerja sebagai ASN, saat selesai melaksanakan proses lelang barang ditawari uang tunai Rp 50 juta. Jumlah yang tidak sedikit dan tentunya menggiurkan. Tapi Agen SPAK ini segera teringat bahwa ia tidak pantas menerima uang tersebut, karena ia menjalankan tugas dan telah menerima gaji. Makai Agen SPAK tersebut menolak pemberian tersebut. Agen SPAK lain bercerita bahwa suaminya yang seorang rektor sebuah perguruan tinggi di bawah Kementerian Agama sering menerima uang setelah selesai membimbing mahasiswa. Semula pemberian berupa uang seperti itu tidak pernah dipermasalahkan dalam rumah tangganya, tetapi setelah sang istri ikut pelatihan SPAK, ia menegur suaminya untuk tidak menerima. Suaminya menyuruh sang istri pergi ke bagian Tata Usaha untuk mengatakannya sendiri. Dengan hati berdebar dan kuatir, sang istri yang telah menjadi Agen SPAK ini memberanikan datang ke bagian Tata Usaha dan mengatakan untuk tidak lagi memberikan uang semacam itu, karena membimbing mahasiswa telah menjadi tanggung jawab seorang pengajar. Petugas Tata Usaha menjawab bahwa uang itu telah ada dalam anggaran dan telah biasa diberikan pada dosen-dosen pembimbing. Agen SPAK ini akhirnya menjelaskan mengapa sebaiknya tidak memberikan uang untuk kepentingan semacam itu. Ia bahkan secara singkat memaparkan pemahaman yang ia terima dalam pelatihan SPAK. Sejak saat itu, pemberian pada dosen yang membimbing mahasiswa tidak diberlakukan lagi diperguruan tinggi itu. Agen SPAK ini merasa sangat lega dan puas karena apa yang diyakininya benar pun dapat ditegakkan di perguruan tinggi tempat suaminya bekerja. Saat itu lah ia merasa, menjadi agen SPAK perlu keberanian namun menimbulkan rasa puas jika apa yang diperjuangkan akhirnya berhasil. Masih banyak testimoni dari para Agen SPAK Kementerian Agama, terutama menyangkut penggunaan fasilitas dinas suami. Salah satunya adalah cerita berikut ini: Seorang Agen SPAK mengaku sebelum ikut pelatihan SPAK, ia sering meminta supir kantor suaminya untuk mengurus berbagai pembayaran rutin bulanan. Supirnya pun memanfaatkan nama suaminya saat mengantri untuk mengurus pembayaran, agar dapat didahulukan. Kebiasaan ini telah dihentikan oleh Agen SPAK tersebut sejak ia ikut pelatihan SPAK. Pada supirnya ia juga meminta untuk tidak lagi memanfaatkan nama dan jabatan suaminya untuk mendapat pelayanan lebih dahulu. Mencatat perubahan-perubahan ini menimbulkan keyakinan bahwa perubahan diri sendiri merupakan titik awal pencegahan korupsi. Kesadaran diri untuk hidup sesuai nilai-nilai antikorupsi akan bertahan lama dan kuat menghadapi berbagai tantangan, baik dalam lembaga maupun masyarakat. Perubahan yang dilakukan setiap individu ini pada akhirnya akan mendorong terwujudnya perubahan yang lebih besar.
Berita

Jatuh Bangun Cegah Korupsi di Sektor Kelapa Sawit

Jakarta, 18 Juli 2019 Industri Kelapa Sawit di Indonesia adalah industri yang menjanjikan peningkatan devisa negara, selain itu, industri kelapa sawit juga merupakan industri makro yang mendorong pengentasan kemiskinan di Indonesia. Tidak dapat dibantah, industri kelapa sawit menyerap tenaga kerja yang banyak untuk terlibat dalam industri tersebut. Selain itu, Industri kelapa sawit juga mendorong pembangunan di daerah-daerah dimana jauh dari pusat kota bahkan Ibukota. Dalam menjalankan industri tersebut, beberapa ketentuan ditetapkan agar industri kelapa sawit dapat menjalankan bisnisnya secara kompetitif dengan industri kelapa sawit lainnya baik di nasional dan internasional. Berbicara soal kompetitif bisnis, salah satu syarat agar industri kelapa sawit dapat kompetitif adalah bagaimana penerapan pencegahan korupsi dalam dunia usaha. Fakta lapangan menunjukan bahwa potensi korupsi di Industri kelapa sawit memang terjadi ketika menjalankan usaha mulai dari hulu ke hilir. Selain itu, catatan Studi Komisi Pemberantasan Korupsi tahun 2016 juga mengendus adanya area potensi korupsi di sektor Industri Kelapa Sawit yang perlu menjadi perhatian utama agar bisa dicegah sebelum merugikan perusahaan dan negara. Berdasarkan permasalahan diatas SPAK Indonesia bekerjasama dengan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI) dan Center International Private Enterprise (CIPE) mengadakan pelatihan cegah korupsi di sektor industri kelapa sawit pada tanggal 13-14 Juni 2019 di Hotel Maxone, Palembang. Pelatihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pelaku bisnis serta membangun komitmen pelaku bisnis untuk mencegah korupsi. Dalam dua hari pelatihan, peserta diajarkan terkait delik-delik korupsi beserta kejahatan korporasi terkait korupsi, selain itu peserta juga diberikan pengetahuan terkait penyampaian pengaduan potensi korupsi melalui Komisi Advokasi Daerah (KAD) untuk nantinnya dapat bersama-sama dilahirkan suatu rencana aksi pencegahan korupsi berbasis masalah lapangan yang dihadapi. Diakhir dari pelatihan tersebut, peserta diajak untuk bersama-sama membangun komitmen dan membangun rencana aksi yang mudah dilakukan untuk mencegah korupsi. Diharapkan dengan komitmen dan rencana aksi yang simple dan mudah tersebut dapat dijalankan dan dapat melahirkan perubahan yang signifikan untuk mencegah korupsi di Industri Kelapa Sawit di Palembang.
Berita

Ummat Gereja St.Albertus, Bekasi, Ikuti Seminar “Membangun Budaya Antikorupsi Berawal dari Keluarga” oleh SPAK Indonesia.

Hari Minggu tanggal 14 Juli 2019 lalu, ada kegiatan berbeda selepas ibadah hari Minggu di gereja Santo Albertus Bekasi. Sekitar 60 orang berkumpul di salah satu aula gereja untuk mengikuti seminar bertajuk “Membangun Budaya Antikorupsi Berawal dari Keluarga” yang dibawakan oleh tim SPAK Indonesia. Seminar ini digagas oleh Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) unit Santo Albertus, Bekasi. Di awal seminar, peserta memberi jawaban beragam terhadap pertanyaan “Apa itu korupsi?”. “Mengambil yang bukan hak kita”, “Berbuat tidak adil”, “Mengambil lebih dari yang seharusnya” dsb. Jawaban-jawaban ini mencerminkan betapa sesungguhnya peserta sudah paham beberapa pemahaman tentang korupsi. Seperti juga sebagian besar orang, pemahaman itu belum tentu sejalan dengan perilaku sehari-hari. Penjelasan tentang prinsip yang selalu diajarkan oleh Gerakan SPAK – biasakan yang benar, buka membenarkan yang biasa- kemudian menyadarkan orang bahwa dalam keseharian kita terbiasa melakukan hal-hal yang sesungguhnya tidak benar. Sebagai contoh adalah membayar petugas saat mengurus KTP atau memberi hadiah pada guru. Berbagai alasan dikemukakan sebagai pembenaran atas kebiasaan tersebut. “Uang lelah”, “Tanda terima kasih” dan berbagai macam alasan lain. Peserta seminar baru menyadari bahwa bentuk-bentuk gratifikasi seperti itu menimbulkan dampak negatif, karena menimbulkan ketidakadilan. Begitu biasanya pemberian hadiah pada guru, sampai kita tidak pernah berpikir hal itu sesungguhnya dapat membelenggu independensi guru untuk bersikap adil pada semua siswa. Seperti juga di seminar-seminar SPAK yang lain, di seminar di gereja Santo Albertus pun pembahasan seputar gratifikasi pada guru menjadi hal yang paling menarik perhatian. Apa salahnya kalau hadiah diberikan dengan rasa ikhlas sebagai tanda menghargai jerih payah guru mengajar anak kita? Boleh dong kita memberi hadiah kalau anak sudah lulus sekolah? Pertanyaan seperti ini banyak muncul di kalangan peserta. Tetapi pada akhirnya para peserta memahami apa arti gratifikasi dan apa dampak negatifnya. Seminar diakhiri dengan permainan SPAK yang dipandu oleh agen Jakarta dan agen Aceh yang kebetulan sedang berada di Jakarta. Melalui permainan ini para peserta semakin paham bentuk-bentuk korupsi dan perilaku koruptif dalam kehidupan sehari-hari. Tim SPAK Indonesia pulang dengan rasa bahagia karena telah diberi kesempatan mengajak lebih banyak lagi orang untuk bersikap antikorupsi. Mudah-mudahan peserta seminar pun merasakan hal yang sama dan terinspirasi untuk menyebarkan terus nilai-nilai antikorupsi pada keluarga dan ummat yang lain.
Kisah Inspiratif

Mewujudkan Pemilu Tanpa Politik Uang – Sebuah Perjuangan Agen SPAK Enrekang

Penyelenggara pemilu berpotensi besar untuk berperilaku koruptif dengan menggunakan berbagai modus. Perilaku penyelenggara seperti memindahkan, menambahkan, dan mengurangi peroleh suara salah satu calon kerap terjadi. Adanya penyimpangan perilaku seperti inilah yang membuat seorang Rahmawati Karim (Rahma) Agen Gerakan Saya Perempuan Antikorupsi (SPAK) dari Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, gelisah. Namun kegelisahan ini justrumenjadi kekuatan Rahma untuk terus mendorong terwujudnya pemilu tanpa uang. Menjadii agen SPAK sejak 2015, Rahma sangat gigih menyebarkan pendidikan antikorupsi ke berbagai tempat. Selain menjalankan tugas-tugasnya sebagai komisioner Komisi Pemilhan Umum (KPU) divisi teknis, Rahma, dengan dukungan lembaga, melakukan sosialisasi pemilu tanpa politik uang kepada 7 orang dari Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara yang mencakup 497 Tempat Pemungutan Suara, 3 orang dari Panitia Pemungutan Suara yang mencakup 129 desa, dan 5 orang dari Panitia Pemilihan Kecamatan yang mencakup 12 kecamatan. “Setelah sosialisasi pemilu tanpa politik uang yang dilakukan Rahma, beberapa penyelenggara berani melaporkan perilaku koruptif yang mereka alami dan temukan di lapangan. Sebelumnya laporan dari penyelenggara hampir tidak ada,” ujar Sadeng, Sekretaris KPU dalam kunjungan agen SPAK Sulawesi Selatan bersama tim Australia Indonesia Partnership for Justice 2 (AIPJ2) Makassar pada Jumat, 24 Agustus 2018. Pada hari yang sama setelah kunjungan ke KPU, tim AIPJ2 Makassar menghadiri ‘Diskusi Terbatas – Impian Demokrasi Tanpa Politik Uang’ yang diselenggarkan oleh Rahma dalam kapasitasnya sebagai Agen SPAK. Diskusi ini mengumpulkan para penyelenggara yang prihatin dengan masih banyaknya perilaku-perilaku koruptif dalam pelaksanaan pemilu. Penyelenggara yang hadir dalam diskusi ini berasal dari berbagai kelompok dan pelosok daerah, seperti kelompok disabilitas, kelompok perempuan Masikola (Toraja), pemerhati lingkungan, pemerhati masyarakat adat, gerakan kepemudaan, kelompok komunitas kopi, dan wartawan Celebes. Dalam diskusi ini penyelenggara banyak memaparkan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam memegang prinsip antikorupsi dalam pelaksanaan pemilu. Tidak hanya kepada penyelanggara, Rahma juga melakukan sosialisasi pemilu tanpa politik uang kepada calon-calon pemilih muda di SMK Latanro Enrekang – salah satu sekolah yang menerima kegiatan SPAK dengan tangan terbuka. Rahma memang banyak melakukan sosialisasi nilai-nilai anti korupsi di sekolah-sekolah, namun tidak jarang ia mendapatkan penolakan. Kepala Sekolah SMK Latanro, Baharuddin Yusuf, juga mendapatkan cibiran dari sekolah lain. “Mereka bertanya mengapa saya mau menerima SPAK dan khawatir bahwa saya akan diinvestigasi. Beberapa sekolah bahkan menganggap bahwa kegiatan SPAK akan mengganggu pelajaran. Saya jawab, bahwa kegiatan SPAK merupakan bagian dari pendidikan yang perlu ditanamkan kepada anak-anak,” paparnya. Ia juga menambahkan, bahwa siswa-siswi SMK Latanro juga senang dengan kehadiran kegiatan SPAK yang dibawa oleh Rahma. Kegiatan ini tidak hanya memberikan ruang bagi anak-anak untuk mempelajari nilai-nilai antikorupsi, namun juga membangun antusiasme mereka bertemu dengan orang baru di luar lingkungan sekolah. Ini bukan pertama kalinya Rahma menciptakan terobosan-terobosan sebagai agen SPAK. Dalam upaya melebarkan sayap SPAK, Rahma melibatkan laki-laki yang ingin bergerak dan peduli pada upaya pencegahan korupsi di tingkat masyarakat. Kesadaran bahwa masih minimnya sumber daya manusia untuk menyebarkan pendidikan tentang nilai-nilai antikorupsi mendorong Rahma untuk terus melibatkan lebih banyak orang. Inisiatif ini kemudian membuahkan GERTAK (Gerakan Enrekang Tanpa Korupsi) yang saat ini memiliki tiga belas anggota aktif. Lewat GERTAK, SPAK kini memiliki anggota laki-laki, Suardi, yang bergabung dalam pelatihan SPAK pada awal 2017. Kehadiran Suardi menjadikan Enrekang sebagai satu-satunya daerah yang memiliki agen SPAK laki-laki. Keberanian dan kegigihan perempuan yang tampil lemah lembut ini membuktikan, bahwa perjuangan melawan korupsi dapat dilakukan oleh siapa pun. Rahma menjadi contoh betapa komitmennya yang tinggi terhadap pemberantasan korupsi dapat menyalakan semangat banyak orang untuk ikut dalam perjuangannya. Ini lah karakter agen perubahan yang sesungguhnya.
Kisah Inspiratif

Pengaduan Masyarakat Online – Terobosan Agen SPAK Polwan DIY

Sering kali kita bingung kemana harus menyampaikan keluhan tentang pelayanan suatu instansi dan apakah keluhan kita akan sampai pada yang bersangkutan. Padahal keluhan masyarakat merupakan masukan berharga untuk peningkatan pelayanan publik.  AKBP drh. Irene Ayu Anggraini, seorang Agen SPAK Polwan Yogyakarta menjawab masalah tersebut dengan membuat sebuah inovasi: sistem online dalam survey kepuasan masyarakat (e-SKM). Dengan adanya e-SKM, masyarakat dapat langsung menyampaikan keluhan tentang pelayanan kepolisian dan saat itu juga (real time) diterima oleh bagian command centre  dan dapat langsung menindaklanjuti keluhan tersebut.  Uji Coba e-SKM oleh Kapolda DIY di command center Alat e-SKM ini dipasang di unit pelayanan SIM dan SKCK. Setiap orang yang telah selesai mendapatkan pelayanan, dianjurkan oleh petugas loket untuk memberi tanggapan tentang pelayanan yang diterimanya melalui mesin e-SKM yang terpasang di dekat loket tersebut. Apapun tanggapan yang disampaikan melalui e-SKM akan langsung diterima di command centre, termasuk bila masyarakat mengadukan adanya suap atau gratifikasi saat mengurus SIM dan SKCK.  Di bulan Desember 2017, saat awal e-SKM dipasang di polres Bantul, Wakil Ketua KPK Saut Situmorang didampingi Kapolda DIY pernah berkunjung dan melihat langsung operasional mesin tersebut. Beliau sungguh mengapresiasi terobosan AKBP Irene sebagai upaya mewujudkan pelayanan yang bersih di kepolisian.  Kunjungan Wakil Ketua KPK melihat langsung pelaksanaan e-SKM Ide awal pembuatan e-SKM muncul saat Irene menjalani pendidikan. Irene ingin membuat sebuat inovasi yang dapat mendukung terwujudnya program Promoter (Profesional-Modern-Terpercaya) yang dicanangkan Kapolri, Jendral Polisi Prof. Drs. H. Muhammad Tito Karnavian, M.A, Ph.D. Ketika Irene ikut pelatihan SPAK, semakin kuat dorongan dalam hatinya untuk melakukan suatu perubahan berkaitan dengan pencegahan korupsi di lembaganya. Beruntung atasannya Kapolda DIY, Ahmad Dofiri, sangat mendukung SPAK di polda DIY dan tentu saja juga mendukung terwujudnya ide Irene tersebut. Irene dan e-SKM ciptaannya yang merupakan terobosan dalam peningkatan pelayanan di kepolisian Saat ini, e-SKM sudah ditetapkan oleh Kapolda DIY untu dipasang di 27 unit pelayanan SIM, SKCK dan SPKT di Polda DIY dan seluruh polres/ta jajaran Polda DIY, termasuk di Bis SIM keliling dan SIM Corner yang ada di mal (Jogja City Mal dan Ramai Mal).  Banyak kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan e-SKM, tetapi Irene tetap optimis dapat berjalan sesuai harapan. Perlu upaya-upaya untuk memastikan sistem di 27 unit tersebut terintegrasi dan termonitor, serta para pimpinan yang berwenang pun merespon semua masukan masyarakat sebagaimana mestinya. Bagi Irene, menjadi Agen SPAK merupakan pintu untuk mewujudkan keinginannya melakukan perubahan di kepolisian, lembaga yang dicintainya. Alat e-SKM